terkini

Lakan Bilem : Wisata dan Ekonomi Desa

Sabtu, 22 Agustus 2020, 3:22:00 PM WIB Last Updated 2020-08-22T07:22:33Z


Mentari senja menyaput Bukit Kampung Bilem, kemudian memerah pada dedaunan pepohonan di Sungai Lakan. Aliran sungai bergemericik menyibak bebatuan. Kicauan burung-burung menambah suasana alam yang eksotik ini lebih magis. 


Ya, Pulau Kalimantan memang dikarunia Pencipta alam yang luas, dan kaya.  Isi buminya, hutannya sebagai paru-paru dunia atau keanekaragaman satwanya, semuanya adalah keistimewaan dan kemewahan yang dimiliki orang-orang yang sejak dahulu kala mendiami Pulau ini.


Sungai salah satunya, bagaikan ibu yang welas asih bagi masyarakat Dayak. Sejak dulu orang Dayak hidup bersama  dengan sungai. Pemukiman dibangun disekitar sungai. Sungai sebagai pembatas daerah,  sebagai jalan penghubung antara satu kampung ke kampung lain. Tidak hanya itu, sungai juga menyiapkan lauk pauk untuk dinikmati oleh masyarakat dari satu generasi ke generasi lain. 


Memang hidup manusia tak terpisahkan dari alam atau lingkungan hidupnya. Bahkan dalam karya penciptaan, manusia berasal dari tanah dan kembali ke tanah. Tubuh manusia akan tanam lagi ke bumi ketika ia mati.  Namun apabila kekayaan dan kemewahan alam itu tidak dijaga dan disyukuri,  otomatis sistem kehidupan manusia terganggu dan terancam. Air bersih dari alam semakin hilang, masyarakat mengkonsumsi air kemasan. Masyarakat juga merasakan dampak bencana hidrometeologi. Ironis, bukan? Ikan-ikan dan satwa lain juga sulit dicari karena hutan dirusak dan dieksploitasi. Ya "jika alam rusak,  manusia dan budayanya pun turut rusak", kata Horkheimer. 




Mengelola Alam


Nama Lakan Bilem sendiri merupakan gabungan nama kampung atau bukit Bilem dan Sungai Lakan. Untuk ke Lakan Bilem dari Barong Tongkok, Ibu Kota Kabupaten Kutai Barat, kita menempuh perjalanan sekitar 1 jam. Nah,  sebelum Lakan Bilem juga ada Gunung Es, tempat paralayang. Bagi fotografer  atau yang mau mengabdi momen terbaik, alam pagi dari atas gunung es  adalah pemandangan yang sangat menakjubkan untuk kamera anda. Tidak jauh dari situ ada Air Terjun yang juga di kelola oleh Desa Lakan Bilem. 


Sedangkan Lakan Bilem sendiri memiliki keistimewaan tersendiri yaitu sungai dan bebatuannya yang cocok untuk pencinta arung jeram (Rafting), pepohonannya yang rindang, nyaman untuk camping dan rekreaksi. 


Dalam kunjungan ke Lakan Bilem kali ini, saya mendapat kesempatan istemewa karena langsung ngobrol dengan Petinggi Kampung Lakan Bilem, Pak Yosianus.  Dialah yang memiliki ide kreatif untuk mengembangkan dan menjaga kearifan lokal dan alam yaitu pariwisata alam.  


Bagi saya sendiri, melihat Lakan Bilem,  tidak hanya sebagai tempat pariwista. Lakan Bilem merupakan tempat pertemuan kembali manusia dengan alam.  Lakam Bilem berbicara ekonomi keberlanjutan,  kearifan lokal masyarakatnya yang memberi kekuatan hidup bagi generasi sekarang dan generasi mendatang. 


Dengan bantuan Dana Desa, Pemerintah Kampung Lakan Bilem mengelola dan mengembangkan tempat ini dengan)  swakelola, sehingga dampak ekonominya juga  langsung dialami warga setempat.


Ditemani Kopi Hitam yang aromanya menyeruak ke alam bebas, Bapak Yosianus, petinggi Kampung Lakan Bilem, mulai menceritakan kisah awal pengembangan wisata alam ini:  "Saya tertarik mengembangkan wisata alam ini karena sejak muda saya mencintai alam. Bahkan dahulu ketika masih remaja kami mencari ikan di sungai Lakan ini, Bidawang banyak sekaki di hilir sana", kenangnya.


Daerah-daerah lain yang tidak memiliki alam yang bagus,  sungguh prihatin,  tetapi kita yang memiliki alam yang indah ini,  kenapa kok tidak dikembangkan? Dengan keprihatinan seperti itu lah, saya berpikir daerah saya yang alamnya bagus perlu saya jaga dan saya lindungi.  Oleh sebab itu tahun 2012 yang lalu,  awal saya jadi petinggi,  saya mengajak warga kampung untuk melindungi hutan dan air bersih untuk kita dan anak-anak cucu", ungkapnya lagi. 


Bagaimana meyakinkan masyarakat akan rencana anda ini?  Yosianus mengakui pada awalnya tidaklah mudah, karena sebagian orang menginginkan lahannya untuk berladang. 


"Saya memulai dengan peraturan desa yaitu peraturan tentang hutan desa, ambil kurang lebih 2 Km². Saya sampaikan kepada masyarakat, jangan babat hutannya, kita lindungi bersama,  agar air bersihnya terjaga untuk kita bersama. Berselangan waktu,  sampai sekarang ketika mereka melihat usaha saya fokus pada pariwisata alam, mereka kemudian mendukung. Dulu mereka tidak menyangka akan seperti ini hasilnya,  tetapi melihat perkembangannya, sekarang mereka sangat mendukung,  karena semuanya juga untuk masyarakat", tuturnya dengan mantap.


Ekonomi Masyarakat


Di tempat penjualan tiket masuk, Bu Farida bercerita "kemarin saja dari pembayaran tiket masuk, kami mendapat Rp. 5 Juta rupiah. Itu berarti ada 1000 pengunjung karena tiket masuk per pengunjung Rp. 5.000 rupiah. 


Menariknya,  jumlah pengunjung demikian terjadi di masa pandemi covid 19. Memang rata-rata para pengunjungnya berasal dari daerah Kutai Barat sendiri. Fenomena ini perlu diapresasi sebagai bentuk kesadaran masyarakat akan alamnya. Sisi positif dari covid 19 ialah mendekatkan manusia pada lingkungan hidupnya. 


Sedangkan untuk menjaga dan mencegah penularan Covid 19, beberapa penjaga melakukan penyemprotan cairan disinfektan secara berkala.


Salah satu pengusaha lapak warung jualan makan minum sederhana di area Pariwisata juga bercerita ia mendapatkan Rp. 400.000 hari kemarin. 


Dengan demikian pengembangan ekonomi kreatif desa atau kampung mandiri ini sangat menguntungkan warga setempat, tanpa mengorbankan dan merusak alam. Keindahan alam justru nyata menjadi komoditi yang menjanjikan bagi masyarakat setempat. 


Yosianus bersyukur karena Pemerintah Daerah Kubar mendukung usaha-usaha pengembangan pariwisata ini. Ia juga berharap adanya kucuran dana untuk terus membantu pengelolaan tempat pariwisata di desanya, agar pariwisata alam dikelola dengan baik dan dicintai oleh masyarakat. Misalnya listrik dan sarana prasarana pendukung agar pengunjung merasa nyaman dan dilayani dengan baik.


Dalam ngobrol ini saya pun mengusulkan beberapa hal kecil untuk pengembangan pariwisata Lakan Bilem ini yaitu membuat papan informasi seputar sejarah singkat tempat pariwisata ini,  menata pepohonan agar rapi dan membuat tempat outbond serta bekerjasama dengan sekolah-sekolah di Kabupaten Kubar untuk Camping, agar sejak dini anak-anak mencintai alam dan literirasi tentang lingkungan hidup merek juga diperkuat.


Selain itu dalam pengembangan pariwisata seperti Lakan Bilem ini, perlu memasukan unsur kearifan lokal, mulai cendra mata,  sampai pada aspek pelayanannya. Pengelola pariwisata harus menempatkan diri sebagai pelayan yang baik sehingga keramahtamahan, kebiasaan-kebiasaan baik masyarakat ikut dipromosikan. Hal seperti itu akan selalu lekang dan dikenang dalam ingatan pengunjung.


Pak Yosianus pun ingin terus mengembangkan pariwisata alam ini bersama warganya.  Ia berencana untuk memberi nama pepohonan yang ada di sekitar Sungai Lakan, sehingga  pengunjung  tidak hanya merasakan ademnya alam Lakan Bilem, tetapi juga kenal berbagai varietas pepohonan di alam Kutai Barat. 


Akhirnya, Lakan Bilem merindukan kehadiranmu, bertemu dengan alamnya yang elok, merasakan suasanapada fajar hari dan senja, mendengar siulan burung, lolongan owa-owa dan desiran sungai menyibak bebatuan. 


Selamat Datang di Bumi Perkemahan Batuq Bura, Kampung Lakan Bilem, Kutai Barat. Yuk Camping!



Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Lakan Bilem : Wisata dan Ekonomi Desa

Terkini

Topik Populer