Beritakubar.com, Kutai Barat - Mulai Sabtu malam (21/12/19), aktivitas lalu lintas (lalin) warga dari dan ke Mahakam Ulu (Mahulu) harus terganggu. Akibatnya, jembatan Sungai Babi di Kecamatan Tering, mengalami ambruk dan memutuskan akses darat bagi warga yang hendak merayakan Natal dan Tahun Baru di kampung halaman.
"Untung saja saya sempat lewat dari jembatan Sungai Babi. Selisih dua jam dari waktu kejadian. Saya lewat jam 6 sore, jembatan ambruk jam 8," ujar Bonaventura warga Mahulu yang berhasil melintas sebelum jembatan ambruk. Kondisi jembatan memang sudah memprihatinkan, ditambah sempat di bakar orang tak dikenal, kejadiannya sekitar sepekan lalu.
Diketahui, selain jembatan memang tidak ada alternatif lain saat musim hujan sekarang. Kecuali kemarau alternatif lewat bawah yang ada sungai. Jembatan yang berada di Kampung Kelian itu memang memiliki peran yang sangat vital bagi warga sebagai mobilitas penghubung untuk dua kabupaten perbatasan Kaltim tersebut.
Kesehariannya, jembatan yang mengandalkan beberapa batang pohon itu kerap di lintasi puluhan hingga ratusan kendaraan. Informasinya, jembatan yang dibangun salah satu perusahaan itu tak mendapat perlakuan baik pemerintah. "Jangan mentang-mentang jalan provinsi, daerah tidak perduli. Saling sinergilah pemerintah daerahnya," ucap salah seorang warga yang enggan disebutkan identitasnya kepada media ini.
Dia mengungkapkan, akses penghubung antara Kubar dan Mahulu hanya ada dua, yaitu Darat dan Sungai. Pada musim kemarau kebanyakan menggunakan darat ketimbang sungai. Karena biaya yang dikeluarkan cukup besar dengan menggunakan speedboat, biaya Rp 300-400 ribu per orang. "Belum lagi kalau banyak bawak barang, ada tarif tambahan," ungkap pria bertubuh gempal itu. (man)